" Kamu "



love
Kamu,,
kamu yang terlihat berbeda dari pertama mengetuk masuk, kamu yang seolah acuh tak peduli namun menyerap berbagai hal dalam sunyi, kamu yang tergelak lirih meski nampak diam beribu bahasa, ahh, kamu...
kau tau aku tak pernah percaya pada aura yang terpancar pada kali pertama berjumpa, kau tau aku bukan seseorang yang mudah terkagum pada sosok baru, dan kau tau semua terkendali bahkan dengan bertambahnya intensitas yang terjadi...
Namun entah sejak kapan itu bermula, yang pasti ku tersadar saat tlah terseret ke dalam arus tanpa muara, tanpa ku tau angin apa yang menyapa bukannya kembali justru ku menikmatinya.
yang ku pahami, semua berawal ketika kita berada dalam kebetulan juga kemiripan semu yang ku pikir sebagai takdir, ku bahagia karena hanya kita yang berbeda dan bisa mencapainya, lalu ku tafsirkan itu satu tanda dariNya.

Teringat satu waktu, ketika darahku mendesirkan gelombang yang terungkap oleh darahmu dan engkau beriak karenanya. Darahku dan darahmu mungkin terkunci dalam nadi yang berbeda, namun yang ku rasa mereka berpadu dalam badai yang sama.

Aku,,
aku yang tak suka dengan tatapan matamu, namun begitu tertegun takjim ketika ia tertarik dalam leburan manisnya seulas senyum, atau saat ia mulai berbinar terang menawan akan kabar bahagia, bahkan ketika meredup sedih..
aku yang selalu tak bisa menormalkan detak nadi saat seolah tatapanmu penuh arti, yang mungkin saja hanya sekedar ingin tahu dan kemudian berhenti. aku yang selalu saja resah gelisah, ketika jarak mulai terlipat sedangkan hanya kita yang berada dalam kapal yang sama. aku yang masih selalu saja tersipu akan kata batinku yang semu bahwa ini adalah jalan takdirku. ahh, naifnya aku...
Semenjak ku putuskan tuk lebih dekat, ku mulai menemukan tentang apa-apa yang tersirat, ternyata selama ini akulah yang menutup mata teramat rapat.
yang kusadari kini, disini hanya aku sendiri yang mengalami, merasai, dan bermimpi. tersedak saat air mata tak mau bekerjasama, terus mengalir dari muara, membasahi amarah yang terluka. tertegun atas kebodohan diri yang menipu, tersedu dalam tangis memilu, merajuk dalam rintih memohon ampun..
Tetap saja teringat satu masa, ketika kita saling tersipu memerah, yang buatku merenung dalam angan, barangkali cinta jika nafasmu merambatkan api dan memaparkan rongga paru-paruku, hingga aku terbakar karenanya. meski nafasku dan nafasmu bangkit dari dada yang berbeda namun lebur dalam bara yang satu sama.
tapi, ku mengerti, engkau melihat khidmat pada satu bintang, sedangkan aku takjub terpesona hanya dengan melihat bintang itu dimatamu. disisi lain, tak sedikit yang mengalihkan tatapan ke arahku menelusuri ke arah mana ku memandang dalam tenang.

Sudahlah, Allah lebih tau apa-apa yang terbaik untuk setiap hambaNya. Allah Maha Tau atas  siapa-siapa yang tercipta tuk bersama. Allah tak pernah salah, tak pernah keliru, hanya saja keterbatasan manusia yang tak bisa menjangkaunya..
maka ketika kita salah akan rasa yang tak semestinya ada, akan rasa yang saat ini tak seharusnya hadir menyapa, akan rasa yang sejatinya kedatangannya adalah sebuah luka. rasa sakit, cemburu, kecewa, sedih, terluka, adalah tanda nyata Allah sangat menyayangi kita.
maka, menangislah, istighfarlah, menyesallah, bertaubatlah, mohon ampunlah dengan sesungguh-sungguh kesadaran, lalu bertahmidlah, dan berikan senyum terbaik dengan tulus bersama cahaya sang fajar.

Satu yang pasti, selagi manusia masih memiliki cinta, ia akan tahu, kenapa Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, serta Maha Pengampun.

#kamu adalah afeksi yang wujud dalam paradoksal


- دم -

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Soal Pre-test Ekskul Panahan

Belajar dari Pohon Kurma

Kerinduan Panjang