J A R A K

Bukan tentang seberapa jauh ia terbentang, pun seberapa dekat ia terlipat

Saat kau fokus dan mengabaikan sekitar, sejauh apapun kan terasa dekat

Sedekat jarak dahi dan lantai tuk sujud bermunajat

Begitu pula ketika berdekatan, namun menganggap angin lalu

Semua kan terekam samar dan terasa semu

Sejauh langit dan bumi dari berbagai penjuru

Karena bagiku jarak itu tentang ingin dan hati

Diam bukan berarti tak memperhati pun merasai

Bisa jadi ia tertunduk takjim dan merekam

Hingga detail-detail hal yang orang lain tak mampu rasakan

Maaf jika itu mengecewakan perasaan,

Bukan maksud mengabaikan atau menganggap tidak ada,

Hanya saja,,,,

Andai kau tau,, sekeras apa pertahanan yang ku jaga

Ketika kulihat jarak mulai terlipat mendekat

Maaf jika egomu pernah terusik,

Terkadang ku tak bisa menahan hati tuk mengagumi

Bukan berarti tak ada usaha yang ku lalui

Namun begitu saja gejolak hadir tak terkendali

Tak jarang menahan sesak tuk tak merindui

Tapi itu adalah masa lalu,

Entah benar telah berlalu

atau aku yang tergesa memaksa sang waktu

Tetap saja, pilihanku bukanlah untuk sesuatu yang semu

Meski saat ku buka ulang tentang “kamu” masih terasa sendu

Jarak juga tetang jeda, sebuah jeda antara yang dulu pernah dekat dan bersama, namun kini memilih berjeda. Berjalan sendiri, menapakkan kaki tuk membenahi diri, terpisah, bukan berarti tak dekat. Selama muara yang ingin dicapai adalah sama, maka entah berada di jalan yang mana, sejatinya bukan bertambah jauh namun justru mendekat pada muara itu.
Pun ketika cinta dan ridho Allah yang menjadi tujuan, sungguh jarak ini, jeda ini, adalah 1 langkah lebih dekat tuk mencapai muara yang dituju.


- دم -